Too Much Love
“Jadi kau putus dengannya?” Tanya sena kurang percaya
“Yaa” desah euncha pelan, “Seperti yang kau duga”
“Hahahah aku tidak pernah menduga seperti itu, lagi pula apa
alasan mu putus dengannya?”
“Entah lah, kesalahanku” Matanya menduduk lemas “Mungkin”
seraya mengangkat kedua pundaknya.
“Sudah lah, kau cantik, kau bisa dapatkan yang lebih dari
itu” balas sena yang tersenyum menyemangatinya.
“Itu dia permasalahannya.”
Wajah sena mendongak bingung.
“Aku, tidak menginginkan yang lain”
Sena terdiam untuk beberapa detik, seperti sedang merenungkan kata bijak yang tepat untuk euncha, tapi sayangnya yang keluar dari pikirannya justru, “Sebaiknya
kau meluangkan waktu-mu untuk…”
“Jalan jalan” Potong euncha cepat. “Ya Aku tahu itu. sepertinya
aku memang butuh itu.”
Sena menahan senyumnya karena tahu euncha sudah lebih dulu memikirkan hal itu. baguslah!
-------------------------------------
-Tuuuut tuuuut tuuuut-
“Maaf nomor yang…” dengan kesal jonghyun menekan tombol
end di handphone-nya.
‘Kemana dia?’ gumamnya bingung
Jonghyun menghempaskan badannya ke sofa, tangan kirinya melepas
satu kancing pertama pada kemajanya. Matanya masih terus menatap layar
handphone.
“kau kenapa? Sibuk sekali” Tanya seorang pria besar seraya
memberikan minuman softdrink pada jonghyun. “siapa yang kau telpon daritadi?”
“Sepupu ku, sepertinya dia tidak masuk lagi hari ini”
“Lalu?”
Baru saja jonghyun ingin menjawab pertanyaan temannya, tapi
telpon masuk ke handphone-nya dan itu lebih penting untuk sekarang ini.
“YA! Kazuya, dimana kau?” tanya jonghyun cepat sesaat dia
mengangkat telpon masuk. “Apa? Sakit? Kau di rumah?”
“Oh baiklah, kabari aku jika kau butuh sesuatu” ucap
jonghyun seraya mematikan handphone nya
“Apa itu sepupu mu?”
“Ya”
“Kalian terlihat…” ucap temannya menggantung, “Ah tidak
penting”
“Kau ingin bilang kalo kita terlihat seperti seorang gay
kan?’
“Ya setidaknya itu yang akan orang pikirkan jika dia tidak
tau kau seorang playboy”
Jonghyun tersenyum kecil mendengar penyataan dari temannya
itu. “Hari ini aku tidak bisa lembur, maaf”
“Oh ayolah, Kita ada deadline, kau ingat itukan? aku hanya
bercanda dengan ucapan ku yang tadi.”
“Ucapan apa? Hahaha tenanglah, aku sama sekali tidak
tersinggung, hanya saja aku benar-benar harus bertemu sepupuku malam ini”
jonghyun memandang temannya dengan tatapan tidak enak. “Kita akan selesaikan
kerjaan ini sebelum deadline, kau tenang saja.”
“Yaaah baiklah, cinta memang harus di dahulu kan”
“YA!” bentak jonghyun yang membuat temannya tersenyum senang
dan langsung pergi meninggalkan ruangannya.
-------------------------------------
“Kau yakin ingin pergi lusa?” Tanya sena yang masih tidak
percaya dengan keputusan euncha.
“Memangnya kenapa? Aku sudah mengambil cuti ku”
“Ya tapi, ohh baiklah.” Rutuk sena menyerah, “Jd kemana kau
akan pergi?”
Euncha mengaruk kepalanya yang tak gatal, “kalau aku lihat
dari tiket yang aku pesan, aku akan bertemu pantai yang cantik.”
“Oh Shit! Kau pergi kesana dan kau tidak mengajak ku?”
“Sejujurnya ada tempat lain yang ingin aku kunjungi, tapi
entah kenapa aku memilih pantai kali ini”
Sena memeluk temannya, bagaimana pun dia cukup sedih untuk
sekarang. “Kau tidak seharusnya merasakan ini”
“Sena, kau tau, saat aku kembali dan aku masih tidak bisa
melupakan dia. Aku rasa aku akan pergi ke bulan dan berkemah disana”
Sena mengangguk setuju, “Aku akan menemanimu kesana”
“Oh ngomong ngomong, aku tidak bilang pada siapapun tentang
keadaan-ku sekarang, kau tau bahkan aku tidak memberitahu jungin tentang ini”
“Baiklah, aku akan jaga rahasia terbesar ini”
Euncha tersenyum mendengar sumpah sena yang terlalu
berlebihan “Baiklah. Sena, terima kasih”
“KAU euncha, gadis Taurus! Aku benar benar ingin menghajar
pria libra yang sudah membuat sahabat ku kehilangan tanduknya.”
“Hahaha, sudahlah, aku tidak pantas memilki tanduk, bagi
nya, aku hanya seekor nyamuk yang terus menganggu, mengigit dan membuat dia
sakit.”
Sena memandang sedih kearah sahabatnya itu, dia kembali
memeluk euncha.
-------------------------------------
Kazuya membuka pintu dan mempersilahkan masuk sepupunya,
“Ada apa?” Tanya nya langsung
“Harusnya aku yang bertanya itu padamu, ada apa dengan mu?”
Tanya jonghyun dengan tegas
“Tidak ada apa apa” balas kazuya singkat.
“Lihat kau, berantakan, ada apa denganmu kazuya?”
“Aku bilang aku tidak apa apa” jawab kazuya sedikit kesal.
“Gadis itu, apa karena dia?”
“Siapa?”
“Euncha? Apa kau ada masalah dengan dia?”
“Tidak.” Jawab kazuya pelan, “Sudahlah hyung, bisakah pergi
sekarang, aku benar benar ingin istirahat sekarang”
“Jika kau tidak mencintai dia, kenapa kau seberantakan ini
sekarang.”
“Aku mencintai dia! Oh ya Tuhan, aku benar benar butuh
istirahat sekarang, sebaiknya kau pergi”
Jonghyun melongo bingung, “Baiklah, tapi aku mohon tanggung
jawab mu pada kerjaan mu”
“Besok aku akan masuk”
-------------------------------------
Euncha mendesah panjang melihat tiket dan passport nya, “Maaf
sena aku berbohong padamu. Sepertinya aku butuh waktu lama untuk ini”
Euncha berdiri mengangkat tasnya menuju gate 1, dan
penerbangannya kali ini bukan untuk melihat pantai yang cantik ataupun berlibur
sendiri untuk menenangkan pikiran. Tapi…
-------------------------------------
“Kazuyaaa..”
Sapa seorang teman wanitanya “KAU! Kemana saja kau, apa kau
sakit?” Tanya nya seraya berlari untuk mensejajarkan langkahnya dengan kazuya.
“Ya, istirahat sedikit dirumah” senyum kazuya
“Kau tahu, selama kau tak ada, jonghyun seperti kehilangan
kekasihnya.”
“Oh benarkah?”
Minhee mengangguk semangat lalu senyumnya mengembang dengan cepat.
“Malam ini seperti biasa ya?”
“Hmmm kita lihat nanti ya”
Sedetik kemudian senyum minhee hilang setelah mendengar
jawaban kazuya. “Kau “ ucap minhee menggantung “Hmm apa kau ada janji dengan
euncha malam ini”
Kazuya terdiam bingung, “Tidak lagi” lanjutnya.
“Kazuya!” panggil teman temannya yang melihat kazuya datang.
Kazuya segera melangkah cepat kearah teman-temannya
meninggalkan minhee yang masih bingung dengan jawaban kazuya.
-------------------------------------
“Kemana anak itu? Seharusnya dia sudah sampai bukannya?
Kenapa tidak ada kabar?” gumam sena bingung.
Dia menekan beberapa nomer tapi setelah itu tangannya
terhenti “Tidak, tidak mungkin aku bertanya pada yang lain, itu sama aja aku memberitahu
yang lain. Euncha bilang aku tidak boleh memberitahu siapapun” gumam sena
mengingatkan dirinya.
Sena mengigit bibirnya kesal.
-------------------------------------
“Hari ini kita ingin makan malam bersama, kau ikut kan kazuya?”
Tanya salah satu temannya.
“Sepertinya hari ini, aku dan kazuya tidak bisa, ada hal
yang harus aku selesaikan. Maaf” jawab jonghyun cepat yang langsung menarik kazuya
keluar.
“Kenapa kau?” Tanya kazuya segera setelah dia dan jonghyun
menjauh dari teman-temannya
“Ceritakan padaku semua nya.” Pinta jonghyun yang mulai tak
sabar.
“Apa?”
“Ada apa kau dengan euncha! Aku tau ini masalahmu, tapi kau
benar benar berantakan sekarang.”
“Aku tidak mau membicarakannya lagi.” Tegas kazuya, kesal.
“Aku sudah tidak ada apa apa lagi dengannya! Dia yang sudah memutuskanku, dia
yang membuangku. Jadi aku tidak ingin membahas dia lagi. Dan aku sudah sangat
membenci nya”
“Apa karena orang lain?”
“Maksudnya?” Tanya kazuya tidak mengerti
“Apa ada laki-laki lain?”
“Tidak, euncha tidak akan melakukan itu.”
“Dari mana kau tahu?” sahut jonghyun menantang.
“Tentu saja, aku sudah lama dengannya. Jadi aku tahu betul tentangnya.”
Jonghyun tertawa remeh mendengar jawaban kazuya, “Kau tau,
bahkan hati mu secara natural membela euncha. Hatimu masih sangat percaya
kepada euncha. Jadi kenapa kau putus dengannya?”
“Sudah aku bilang, dia yang meminta putus. Bukan aku!”
bentak kazuya kesal.
“Itu pasti karena ada alasan darimu.”
“Maksudmu?”
“Apa kau selingkuh?”
“Tentu saja tidak!” sanggah kazuya cepat
“Lalu?”
“Sudah lah, dia itu egois, mungkin sekarang dia sedang
senang-senang. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri, menyiksaku, memaksa, dan
tidak pernah memakai otaknya dengan benar.”
“Waw waw.. kau cukup kasar berkata seperti itu pada seorang
perempuan.”
“Tapi itu kenyataannya.”
-------------------------------------
*Di sisi lain*
“Kenyataannya, aku selalu di pandang rendah olehnya, dia
bilang aku tidak punya otak, egois, sembarangan, suka memaksa, selalu menyakiti
dia. Huhuhuhuhu” tangis euncha pecah menceritakan semua nya pada KIM. Sahabat
nya.
“Dia tidak tau, seberapa besar aku selalu mempertahankan hubungan
ku padanya, apa dia pikir aku hidup hanya untuk dihina oleh laki laki seperti
dia?? Ada kalanya dimana aku benar benar tidak kuat dan memutuskan sesuatu
dengan cepat. Aku tahu keputusan ku salah. Tapi aku hanya ingin mengajarinya
untuk merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita cintai. Tapi pada
akhirnya justru aku yang akan merasa kehilangan. Huhuhuhuhu” lanjut euncha yang
masih terus menangis
“Ohh kim aku benar benar bodoh! Apa yang harus aku lakukan?
Aku tidak mau kehilangan dia tapi aku tidak mau terus terusan di hina seperti
ini olehnya.”
“Aku mencintai dia, kim. Sangat! Aku.. aku hanya ingin sedikit
perhatian darinya, sedikit kelembutan darinya.”
Kim mendesah bingung melihat sahabatnya terus menangis, dia
ingin menghentikannya tapi di satu sisi dia ingin sekali menghajar pria yang
sudah membuat sahabatnya menangis seperti sekarang.
“Euncha, aku tidak tahu harus bagaimana, tapi sepertinya kau
harus menyerah.” Saran kim ragu.
Euncha melotot kesal kearah kim, “Tidak! Huhuhuhu banyak hal
yang sudah aku lalui dengannya, janji janji nya, bahkan aku sudah sangat
mengenal dekat keluarganya. Sebaliknya dia juga sudah mengenal keluargaku. Dan
keluargaku amat sangat sayang padanya.”
“Itu sebelum keluargamu tau kau menangis hebat seperti
sekarang, sebelum mereka tau kalo kau di perlakukan seperti sekarang.”
“Tidak! Itu karena aku yang salah.”
“Haaah” kim kembali mendesah mendengar pembelaan euncha
tentang kazuya. “Hati mu bahkan masih membela dia, menyangkal kalo dia tidak
seburuk apa yang aku lihat.”
“Memang! Dia tidak seburuk itu.” Bela euncha, cepat.
“Lalu kenapa kau menangis hebat seperti sekarang?” cela kim
marah.
“Karena aku kehilangan dia. Dan karena aku yang salah telah
memutuskan dia.”
“minta maaf.”
“Sudah” ucap euncha pelan.
“Lalu?”
“Dia bilang aku sering melakukan ini lalu meminta maaf lalu
berlagak seperti tidak ada apa apa.” Euncha mengigit bibirnya menahan
tangisnya, “sepertinya sudah tidak ada lagi kesempatan ku untuk meminta maaf.”
“Itu karena dia sombong.” Jawab kim ketus, “Karena dia tidak
pernah merasakan seberapa berharganya dirimu. Selama ini setiap ada apa apa kau
yang selalu menemani-nya bukan?”
Euncha mengangguk ragu, “Aku pikir, tapi siapa yang tahu
tentang hati nya?”
“Karena itu biarkan ini berlalu, berikan dia waktu untuk
berpikir, untuk merasakan kehilangan dirimu. Kalau dia mencintaimu, dia akan
kembali padamu, dan kalo kau masih tidak memakai otakmu dengan baik, mungkin
kau masih bisa menerima dia.”
“Maksudmu?” sontak euncha marah.
“Sudah lah, lupakan saja. Tapi euncha kau memaksa, kau
egois, kau terus mempertahankan hubungan mu dengannya. Apa karena ada alasan
khusus?”
“Karena.. dia yang pertama untukku, dan aku berharap dia
yang terakhir untukku.”
Kim mengangguk paham mendengar jawaban euncha. “Tapi kalo
aku kasih saran, sebaiknya kau menjauh darinya, berikan dia waktu, berikan dia
ruang. Aku tahu kau bisa euncha.”
Euncha terdiam ragu, tapi sedetik kemudian dia mengangkat
bahunya “Hmmm baiklah! Aku akan lakukan itu.” Jawab euncha tersenyum tipis seraya
menghapus sisa air matanya.
“Sudah kau jangan menangis, bagaimana kalo besok aku antar
kau belanja? Kau suka kan?”
“Suka?” jawab euncha kaget, “Kim, sejak kapan aku menyukai
belanja? Kau tahu aku harus berpikir 1000 kali jika ingin membeli baju, tas
atau barang branded lainnya.”
“Aku.. bahkan.. lebih.. mencintai uangku.” Lanjut euncha
menekankan.
“Ok, benar benar wanita Taurus sejati.” Kagum kim, “Tapi
kalo kau mau, aku tau beberapa toko sepatu yang cukup bagus dan murah di sini”
Euncha melongo mendengar balasan dari kim, matanya langsung
memancarkan kegembiraan tersendiri, “Baiklah, besok kita kesana.” Akhirnya
cepat.
Kim tersenyum manis melihat raut wajah sahabatnya yang
begitu bersemangat. Sungguh dia tau betul apa yang menjadi kesukaan euncha.
“Heumm ngomong-ngomong, kok seungyeon lama banget ya?
Bukannya dia hanya ingin menukar barangnya?”
Kim mengangkat bahunya acuh, “sebaiknya kau ke toilet untuk
cuci muka. Biar aku susul seungyeon.”
-------------------------------------
“Jadi, bagaimana kau bisa putus dengan euncha?” Tanya
jonghyun yang masih sangat penasaran.
Jonghyun dan kazuya sudah pindah kesalah satu café yang
cukup dekat dengan apartemen kazuya.
Kazuya mendengus kesal, “kau masih tidak mau menyerah.”
“Aku pernah mengalami sakit hati, dan kau yang membantu ku.
Kenapa aku tidak bisa?”
Kazuya mengingat kisah cinta sepupu nya itu, “kau bahkan
sudah 2 kali mendapatkan pengganti nya bukan?”
“Ini yang terakhir, percayalah!”
Kazuya tertawa mendengar jawaban sepupu nya, “Aku sudah
banyak membuat mimpi dengan euncha” ucap nya tetiba, “Aku sudah membuat banyak
janji pada euncha, terkadang aku takut, aku merasa beban dengan semua janji ku
padanya, mungkin itu yang membuat ku selalu ingin marah padanya” aku kazuya.
“Kenapa? Kenapa kau jadi ingin selalu marah padanya?”
“Karena aku takut mengecewakannya, aku takut dia kecewa
dengan semua janji yang kubuat. Jadi aku ingin dia tidak terlalu berharap
dengan semua janji-janjiku, tidak bergantung padaku.”
“Semua pria ingin wanitanya hanya bergantung padanya, bukan
pada pria lain.” Balas jonghyun bingung, “Apa kau mengidap penyakit mematikan?”
canda jonghyun.
“Tentu saja tidak, bukan seperti itu.” Cela kazuya, kesal.
“Lalu?”
“Entah lah, aku cuman takut dia merasa kecewa padaku, aku
cuman ingin dia..” Lanjut kazuya menggantung, “Aku ingin dia bisa mandiri.”
“Hanya itu? Benarkah hanya alasan sepele itu kau marah dan
betengkar dengannya?”
“Ya, tapi dia menganggap kalo itu wajar dan malah menuntut
ku untuk bisa lebih perhatian dan peka padanya.”
“Kau tau kazuya, kau ternyata lebih brengsek daripada
diriku.”
Kazuya mendongak dan menatap bingung sepupu nya itu.
“Semua wanita butuh itu kazuya. Dan sekarang Kau, hanya
merasa bosan dengan euncha, kau hanya butuh suasana baru, dan yaa.. mungkin kau
butuh waktu memikirkan ini, karena kau cukup tidak peka pada perasaan wanita.”
Kazuya terdiam memikirkan ucapan jonghyun, sejujurnya dia
juga tidak ingin seperti ini. Tapi mungkin jonghyun benar, sebaiknya dia
memberikan waktu untuk hubungannya dengan euncha, memberinya waktu untuk
berpikir jernih.
“Tapii..” ucap jonghyun membuyarkan lamunan kazuya. “Apa kau
tidak merasa khawatir jika kau memberi waktu terlalu lama dan saat itu ada
orang lain yang masuk ke dalam hubungan kalian?” lanjut jonghyun yang seperti
paham apa yang sebelumnya kazuya pikirkan. “Kau tidak takut jika ada lelaki
lain yang mencuri kesempatan ini? Mencoba untuk mendekati euncha?”
“Tidak euncha tidak seperti itu.”
“Bagaimana kalo lelaki-nya yang seperti itu?”
“Maksudmu siapa? Aku?” jawab kazuya bingung.
“Bukan, tapi.. ahh kau tahu kebanyakan lelaki tidak peduli
apa wanita yang dia suka sudah punya pasangan atau belum. Yang dia tahu hanya
‘Aku ingin dia’. Bukan begitu?”
“Ahh maksudmu, sekalipun euncha bersikap tidak peduli dengan
lelaki yang mendekatinya. Dan lelaki itu tahu euncha sudah punya orang yang dia
cintai tapi lelaki itupun tidak peduli, dia akan terus berusaha, begitu
maksudmu?
“Kurang lebih begitu”
“Hahahaha.. sudah sering terjadi sebelumnya, dan euncha
tetap memilihku.”
“Bagaimana kalau sekarang tidak.” Balas jonghyun mematikan
ucapan kazuya.
-------------------------------------
Euncha melangkahkan kaki nya dengan cepat sebisa mungkin
untuk mengejar waktu yang terbuang akibat macet. Hari ini memang dia ada janji
meeting dengan kliennya, sayangnya dia lupa kalau tempat kliennya itu sangat
jauh. Semenit kemudian handphone-nya berdering, jika saja itu bukan dari sena
mungkin dia sudah mengabaikan telpon
tersebut.
“Ya sena?”
“Kau dimana?”
“Ya dimana lagi kalau bukan..”
“Jangan bilang kau datang ke kantor klien kita sekarang?”
“Tentu saja, sudah ya aku sudah telat meeting.”
“STOP!” cegah sena cepat.
“Apa lagi?”
“Oh Astaga! Kenapa tidak bilang padaku kalau kau sudah
kembali kerja?”
“Ngg?” gumam euncha bingung. Ada urusan apa memangnya dengan
sena, pikirnya.
“Aku mengubah jadwal meetingmu, karena kupikir kau masih cuti
dan kebetulan ada permintaan dari klien untuk mengubah jadwal meeting, jadiii,
hm tunggu kau pasti tidak sama sekali mencek email kantor saat liburan.”
“TENTU SAJA TIDAK!” –pip- balas euncha kesal yang langsung
menutup telponnya.
Euncha mendengus kesal dan sekaligus malu karena hampir saja
dia bertemu dengan kliennya.
‘Kau kembali-lah ke
kantor, aku minta maaf. Aku tahu kau masih kesal dengan kazuya, tapi tidak
seharusnya kau lampiaskan ke aku. Aku ini masih sahabat mu. From : Sena, teman
yang sudah kau tutup telponnya’
Euncha tersenyum melihat pesan masuk di handphone-nya, yaa
bagaimanapun dia merasa tidak enak sudah membentak sena tadi. Dan ‘Aku tidak
kesal dengan kazuya’ gumam euncha tersinggung.
Euncha bergegas pergi keluar sebelum ada salah satu kliennya
yang melihat dia datang ke kantornya pagi ini.
-Tring-
1 pesan masuk.
“From Jiho?” dahinya mengerut
melihat chat masuk dari skype. “Ahh tidak, jangan dibuka.” Tolak euncha seraya
memasukkan handphone-nya ke dalam tas.
-Tring-
-Tring-
-Tring-
Euncha mendesah panjang mendengar bunyi di handphone-nya
lagi, “Oh Baiklah.” Ucapnya pasrah seraya mengambil handphone-nya kembali.
Sejujurnya euncha tahu alasan jiho mengirimnya pesan hari ini. Tangannya dengan
cepat mengetik sebuah pesan.
-------------------------------------
Kim mengernyit melihat pesan dari euncha yang isi nya sangat
singkat, ‘Jiho mengirimku pesan lewat
skype’.
‘Siapa jiho? Dan apa hubungannya denganku? Lalu apa isi
pesannya? Benar benar tidak jelas.’ Pikir kim malas.
Kim mengirim balasan pesan untuk euncha, ‘Lalu?’
Dia berusaha menebak-nebak, berusaha mengingat siapa jiho
yang dimaksud euncha, ‘lelaki yang sudah 3 taun mengejarnya? Anak ingusan yang
suka chat dia? Atauu..’
-Ting-
1 pesan masuk dari
euncha
‘Lelaki yang sempat ia sukai sebelum mengenal kazuya.’
Lanjutnya menebak
Kim dengan segera membaca pesan dari euncha, ‘Nothing’.
‘Nothing?? APA Maksudnya?? Apa-apaan ini! Pasti ada hal lain
yang dia sembunyikan.’ Kim dengan kesal menekan tombol CALL.
-------------------------------------
“Ya?” sapa euncha setelah
mengangkat telepon dari kim.
“Euncha?” Tanya kim meyakinkan.
“Hmm?”
“Sabtu depan aku ada acara
dikotamu, aku ingin kita bertemu sorenya. Bisa kan?”
“Berdua?”
“Ya” jawab kim yang menganggukkan
kepalanya seakan merasa euncha melihatnya dari sebrang telepon.
“Tidak mau.”
“Apa? Kau menol– ” ucap kim yang
sedikit tersedak mendengar penolakan euncha. “Oh astaga! Kau sudah putus
dengannya tapi kau masih patuh pada peraturannya.”
“Itu bukan peraturan dari kazuya!
Tapi itu salah satu prinsipku.” Bela euncha, “Aku tidak bisa berjalan berduaan
dengan lelaki yang bukan kekasihku. Kecuali itu ada urusan penting.”
“Ah baiklah! Jadi kau mau aku mengajak seungyeon?” Tanya kim
pasrah.
“Yasudah, beritahu aku jam berapa kita akan bertemu sabtu depan.”
“Oke, bye”
“Bye”
-pip-
Euncha mendecak kesal menatap
layar handphone-nya, 1 hal bodoh yang sudah ia lakukan yaitu memberitahu kim
soal jiho yang mengirimnya pesan. Ya, tidak seharusnya dia menceritakan ini
pada kim, pada sahabatnya yang terlihat cuek tapi akan mati-matian mencari tahu
suatu hal yang membuat dia penasaran. Euncha tahu alasan kim ingin bertemu
dengannya pasti karena ingin bertanya soal jiho, ‘Oh tunggu! Apa kim mengingat
siapa jiho?’ pikirnya.
“Jiho Siapa?” Tanya sena bingung.
Euncha mendelik kaget. ‘BODOH!’
Ucapnya dalam hati. Euncha tanpa sadar sudah mengucapkan apa yang ada di
pikirannya tadi
“Owang yuang tatdi menelpon– “ Uhuk! “mu?” Tanya sena sedikit tersedak karena masih mengunyah
makanannya.
“Kalau sedang makan ya makan saja, jangan kepo!” ucap euncha
mengalihkan pembicaraan.
“Kau yang bergumam tidak jelas dan menyebut nama jiho, aku pikir kau sedang bicara padaku.
Makanya aku bertanya, Jiho siapa?” jelas sena membela diri, “barangkali aku
mengenalnya.”
“Kau tidak kenal.”
“Kau ingin bertemu dengannya sabtu depan?”
“Bukan jiho yang tadi menelponku, tapi kim.” Jujur euncha.
“Jadi kau ingin bertemu dengan kim berdua?”
Euncha menggeleng kesal, “Bertiga dengan seungyeon.”
“Siapa lagi dia?”
“Ceritanya panjang, seungyeon dan kim teman kuliahku dulu.
Kim adalah sahabatku, sama sepertimu.”
“Tidak ada kata persahabatan di antara laki-laki dan
perempuan.”
DEG!
“Aku yakin itu.” Ucap sena seraya memicingkan matanya
menatap euncha curiga.
“Kau tahu kim menyukaimu.” Tebak sena, tepat.
“Kim tidak pernah bilang itu padaku.” Ucap euncha,
menyangkal.
“Tapi kau merasakannya kan?”
“Tidak!” Tegas euncha sedikit ketus.
“Aku yakin semua orang yang melihat perlakuan kim padamu
pasti tahu kalau kim menyukaimu.”
“Kita hanya sebatas teman, dia teman baikku, tempat
curhatku dan juga penasihatku. Tidak lebih dari itu.”
“Bagaimana kalau kim yang mengharapkan lebih dari itu.”
“Dia sudah punya seungyeon.”
“Jangan menyangkal, aku tahu seungyeon dan kim tidak ada
hubungan apa-apa.”
“Karena itu aku ingin membuat mereka ada hubungan apa-apa. Supaya
kazuya tidak cemburu lagi pada kim.”
“Kazuya? Maksudmu, Kazuya cemburu pada kim?”
“Sedikit, tapi tidak lebih besar dari rasa cemburu-ku pada
minhee.”
“Ya wanita wajar cemburu.”
Euncha mengangkat bahu-nya acuh, dia sudah bosan
dengan ucapan sena yang mulai ngawur jadi lebih baik dia hentikan sekarang.